Foto: (Rfs/InfoNEWS) Aksi Mahasiswa dari BEM RI Bogor Raya di Mapolres Bogor pada 10 Februari 2025 lalu. Dalam Orasinya, Mereka Mendesak Aparat Kepolisian Mengungkap Sindikat Pengoplos Gas Bersubsidi Di Kabupaten Bogor khususnya Wilayah Kecamatan Cileungsi |
INFO NEWS | BOGOR - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyoroti maraknya praktik pengoplosan gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram di beberapa daerah termasuk Bogor. Tak hanya itu, Menteri Bahlil juga menyebut terdapat oknum-oknum pengecer nakal menjual gas bersubsidi diatas harga yang ditentukan.
" Banyak terjadi praktik-praktik pengoplosan gas bersubsidi ke non subsidi, lalu dijual pengusaha atau industri. Selain itu, harga gas bersubsidi yang seharusnya berkisar Rp18 ribu sampai 19 ribu, tapi dijual pengecer hingga Rp25 ribu bahkan ada yang mencapai Rp 30 ribu," ujar Menteri Bahlil Lahadila di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pernyataan Menteri ESDM itu, diamini Heriyanto, Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) Darma Nusantara perwakilan Bogor. Ia mengatakan, harga eceran gas bersubsidi di wilayah Bogor saat ini dijual antara Rp21 ribu sampai Rp23 ribu oleh pengecer. Meski harga beli dianggap masih terjangkau oleh masyarakat, tapi seyogyanya ada upaya instansi terkait agar bisa lebih murah.
" Upaya pemerintah dalam melakukan penataan melalui tata kelola penyaluran gas melon, pastinya akan didukung rakyat karena bertujuan baik. Tapi harus dilakukan dengan cara hati-hati agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat," kata Heriyanto, Rabu (12/2/2025).
Persoalan lain di Bogor, kata dia lagi, yakni menjamur praktik pengoplosan gas bersubsidi yang secara leluasa para pelaku menjalankan praktik bisnis haramnya demi meraup keuntungan. Padahal, tambah dia, aktivitas pengoplosan gas merupakan masalah serius yang harus ditindak APH.
" Pelaku atau sindikat pengoplos gas bersubsidi, bukan hanya merugikan pemerintah tapi juga masyarakat yang membutuhkan gas bersubsidi, " tambahnya.
Lebih lanjut, Heriyanto memaparkan, hasil pemetaan lapangan terdapat beberapa wilayah di Kabupaten Bogor yang dijadikan lokasi pengoplosan gas diantaranya wilayah Kecamatan Rumpin, Parung, Gunung Sindur dan Kecamatan Cileungsi sehingga perlu adanya pengawasan ketat aparat kepolisian.
" Asep Robin Cs diduga merupakan sindikat pengoplos gas di Rumpin dan SHT beroperasi di Cileungsi. Sedangan di Parung dan Gunung Sindur, sindikatnya diduga jaringan JMI," paparnya.
Hasil penelusuran, kata dia lagi, jaringan Asep Robin Cs secara terang-terangan beroperasi dari siang hingga malam hari. Untuk saat ini, sindikat pengoplos gas bersubsidi menghentikan sementara aktivitasnya karena menjadi sorotan dan terjadi gejolak di masyarakat yang dipicu larangan bagi pengecer menjual gas melon beberapa waktu lalu.
" Sementara aktivitas mereka hentikan, nanti jika situasinya normal diduga akan kembali beroperasi," paparnya.
Ia juga meminta, APH bertindak secara tegas baik kepada pelaku pengoplosan maupun agen-agen nakal yang memasarkan gas hasil oplosan ke pengusaha hingga industri. Hal itu bertujuan, agar upaya pemerintah dalam menata dan mengelola penyaluran gas melon tercapai. Selain itu, agar gas melon yang menyedot APBN hingga Rp87 triliun per tahun untuk subsidi tepat sasaran.
" Upaya APH harus ditingkatkan dalam memberantas praktik pengoplosan gas. Berdasarkan temuan BPK, ada indikasi gas bersubsidi tidak tepat sasaran salah satu faktor penyebabnya adalah sindikat pengoplos gas," jelasnya.
Dilansir laman suarapublik, pada 10 Februari 2025. Puluhan masa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Bogor Raya, menggelar aksi demo di halaman Mapolres Bogor untuk mendesak aparat kepolisian mengungkap praktik mafia pengoplos gas bersubsidi di Bumi Tegar Beriman khususnya di wilayah Cileungsi.
" Praktik pengoplos gas jelas merugikan dan dapat memicu kelangkaan gas melon di masyarakat. Kami mendesak aparat kepolisian menangkap para pelakunya," ujar kordinator BEM Bogor Raya,Afanda dalam orasinya.
Diberitakan sebelumnya, Rijal salah seorang sopir pickup pengangkut gas melon di Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin mengaku gas bersubsidi ukuran 3 kilogram yang diangkutnya akan dikirim ke sebuah gudang alias lokasi pengoplosan. Rijal menjelaskan, aktivitas pengoplosan gas dari ukuran 3 kilogram ke tabung non subsidi itu dikendalikan Asep Robin Cs.
" Saya hanya bertugas membawa tabung melon ke gudang untuk dipindahkan isinya ke tabung non subsidi. Untuk hal lain, silakan hubungi pak Asep Robin," jelas Rijal kepada wartawan, 31 Januari 2025 lalu.
Pernyataan Rijal tersebut, diamini YA (39) warga Desa Sukamulya. Ia mengatakan, jaringan Asep alias Robin merupakan komplotan pengoplos gas yang belakangan ini kembali beroperasi. Dalam menjalankan aktivitasnya, kata YA lagi, para pelaku secara terang-terangan melakukan pengoplosan dari sore hingga malam hari.
" Iya memang sudah beberapa minggu ini, kelompok Asep alias Robin kembali menjalani aktivitas pengoplosan gas," singkat YA.
(Rifai Sogiri)